2019

3/30/2019

gagal - failed - fallado - فشل


Gadis di ujung sana. Pukul 14.05 di koridor sekolah sebelah ruang guru. Aku melihatnya untuk pertama kali. Ia mengenakan seragam pramuka dengan kerudung cokelat yang panjang menutupi dadanya.

Hati ini terlalu takut untuk kembali jatuh cinta. Hanya pelampiasan atau cinta sesaat.

"sudah elah dil, move on", kata Faiz
"ngomong memang gampang, iz", jawab aku

Perjalanan kembali ke kelas dari kantin saat sedang ada kegiatan belajar mengajar (KBM). Ya, kami bolos.

"atau sama dia saja itu, dil, teman SD gue. Dulu pas SD gue pernah ngegebet dia" Faiz berbicara denganku sambil mengisyaratkan menunjuk gadis di ujung sana dengan bibir dan alis tipisnya.
"hahaha yekali, alim banget begitu"
"iya sih"

Tak kusangka, beberapa hari kemudian, aku benar-benar jatuh cinta dengannya. Setelah gadis yang ada di artikel sebelumnya, Cinta Sesaat. Namun, kisah kali ini berbeda dengan sebelumnya, tapi memiliki ending yang sama.

Teman-temanku tak ada yang tahu kalau aku sekarang sudah jatuh hati dengannya. Bahkan Faiz sekalipun. Rasa hati ingin berkenalan dengannya, tapi bingung bagaimana caranya. Namun, tetap kokoh tak ingin bilang ke Faiz, karena gengsi dan berisiko disebarkan ke teman yang lainnya.

Tiba suatu hari. Pulang sekolah. Aku naik motor Honda Beat warna biru tahun 2010, berboncengan dengan temanku, namanya Dody. Kami bercanda saat perjalanan, sampai-sampai motorku kehilangan kendali dan hampir menyerempet pejalan kaki. Begitu jahatnya kami, bukannya berhenti, turun, dan meminta maaf padanya, tapi kami malah terus tarik gas, acuh tak acuh. Setelah berjarak beberapa meter, aku melihat dari spion. Bahwa itu dia, gadis alim yang ingin aku ajak berkenalan.

Ini tidak didramatisir, tapi nyatanya memang saat malam hari aku tidak bisa tidur. Menyesali apa yang sudah terjadi, dan memikirkan apa yang harus dilakukan esok hari saat di sekolah. Entah lampu ide datang dari mana, tapi aku langsung meminta nomor teleponnya ke teman kelasnya. Aku ceritakan apa yang sebenarnya terjadi soal tragedi hampir menyerempetnya sebagai alasan meminta nomor telepon gadis tersebut ke teman kelasnya. Setelah mendapatkan nomor teleponnya, aku terlalu pengecut untuk mengirim pesan padanya. Jadi, kuputuskan saat hari itu pukul 23.07 untuk tarik selimut.

Hari Selasa, pulang sekolah, aku menemuinya di depan gerbang sekolah, ditemani teman kelasnya. Kami berkenalan dan aku meminta maaf. Jantung berdebar semakin cepat, keringat bercucuran, sedangkan badan kaku membeku. Mendengar suaranya pun langsung membuat soreku terasa lebih indah. Jalanan bogor yang sore itu penuh dengan angkot, sekarang terasa penuh dengan bunga yang sedang bermekaran. Melihat wajahnya secara langsung dan sedekat ini, membuat waktu berhenti sejenak, dan rasanya tak ingin berjalan sedetik pun. Matanya yang indah dan tutur kata yang lembut juga erat dari dirinya. Pertemuan yang singkat hari itu, tak bisa aku lupakan begitu mudah.

"Sarah (nama disamarkan) ya?"
"iya"
"kemarin hampir keserempet ya? maaf ya, itu kemarin gue"
"oh itu kemarin lu? iya gak apa-apa"
"iya maafin ya"
"iya, ya sudah, itu angkotnya sudah ada, gue duluan ya"
"iya, hati-hati"

Sesampainya di rumah, aku memberanikan diri untuk chat dengannya. Awal-awal, ia terlihat sangat humble, welcome, dan hangat padaku. Namun, setelah beberapa hari kami chatting non-stop, ia mulai dingin. Mungkin pada saat itu, dia sudah menyadari bahwa aku suka dengannya.

Entah bagaimana ceritanya, tiba-tiba tersebar berita bahwa aku sedang mendekatinya. Berita ini menyebar hampir ke satu angkatan. Usut punya usut, berita ini disebarkan oleh guru Sejarah Indonesia di sekolahku. Dan ya, dia semakin malu, semakin menjauh dariku. Untuk mendapatkan hatinya merupakan sebuah mission impossible.

Begitu anehnya aku, aku pernah mencoba memberinya Aqua botol yang dihias-hias sesuai dengan topik pembicaraan kami di WhatsApp. Pernah bertanya-tanya yang aneh juga padanya, seperti: "kamu suka makan pasir gak?", "kamu suka makan kadal gak?". Dengan maksud mendekatinya dengan cara yang berbeda, namun malah menjadi bumerang untuk diriku sendiri.

Aku pernah mencoba untuk berubah agar dia suka dengan aku. Berubah total. Berubah sesuai dengan apa yang dia suka. Berubah menjadi benar-benar alim. Mengikuti ajaran Allah, mengikuti sunnah rasul, menjauhi larangan-Nya. Namun, semua itu percuma, tetap gagal aku mendapatkan hatinya.

Suatu hari, ada tragedi, tasnya hilang. Geger satu angkatan mencoba untuk membantu mencarinya. Aku pun ikut membantu mencari tasnya. Termasuk saingan-sainganku. Aku yang menemukan, tas beserta isinya ada di gudang sekolah, disimpan oleh pegawai sekolah, entah bermaksud buruk atau baik, tapi yang penting, aku yang menemukannya. Dia sangat berterima kasih padaku, tapi dia dan teman-teman lainnya, menuduh bahwa aku yang menyembunyikannya lalu mengembalikan padanya agar terkesan "pahlawan". Padahal nyatanya tidak. Begitu menyedihkannya diri ini. Ingin rasanya aku memeluk diriku sendiri, agar aku kuat menghadapi ini. Setelah kejadian ini, ia semakin menjauh dariku.

Setiap sekolah pasti memiliki acara masing-masing, acara yang membuat ditiadakannya KBM. Setiap ada acara sekolah, pasti akan ada yang namanya foto-foto. Belasan kali sekolah aku mengadakan acara, belasan kali pula ada kesempatan aku bisa berfoto dengannya, namun belasan kali pula kesempatan aku ditolak untuk berfoto dengannya. Ya, kenyataan di lapangan yang terjadi ialah belasan kali pula aku ditolak untuk berfoto dengannya. Sudah dilakukan berbagai cara, temanku yang meminta, temannya yang meminta, aku sendiri yang meminta, atau bahkan "ayo foto bareng-bareng saja gak apa apa kok, ramean", tapi tetap ditolak. Satu frame dengannya pun tidak bisa.

Sekarang ia berkuliah di salah satu kampus ternama di Surabaya, mengambil jurusan Kimia. Semoga kamu selalu bahagia di sana, Allah bersamamu.

Sekian cerita aku hari ini, maaf baru muncul setelah sekian lama menghilang.